Depressi/ilustrasi
Peradaban Barat kerap mengklaim bahwa Philipe Pinel (1793) merupakan orang pertama yang memperkenalkan metode penyembuhan penyakit jiwa. Tak cuma itu, Barat juga menyatakan rumah sakit jiwa (RSJ) pertama di dunia adalah Vienna's Narrenturm yang dibangun pada tahun 1784. Benarkah klaim peradaban Barat itu?
Klaim itu tentu sangat tak berdasar. Sebab, jauh sebelum Barat
mengenal metode penyembuhan penyakit jiwa berikut tempat perawatannya,
telah ada pada abad ke-8 M di Kota Baghdad. Menurut Syed Ibrahim B PhD
dalam bukunya berjudul "Islamic Medicine: 1000 years ahead of its times",
mengatakan, rumah sakit jiwa atau insane asylums sudah didirikan para
dokter dan psikolog Islam beberapa abad sebelum peradaban Barat
menemukannya.
Hampir semua kota besar di dunia Islam pada era keemasan telah
memiliki rumah sakit jiwa. Selain di Baghdad ibu kota Kekhalifahan
Abbasiyah, insane asylum juga terdapat di kota Fes, Maroko. Selain itu,
rumah sakit jiwa juga sudah berdiri di Kairo, Mesir pada tahun 800 M.
Pada abad ke-13 M, kota Damaskus dan Aleppo juga telah memiliki rumah
sakit jiwa.
Mari kita bandingkan dengan Inggris. Negara terkemuka di Eropa itu
baru membuka rumah sakit jiwa pada 1831 M. Rumah sakit jiwa pertama di
negeri Ratu Elizabeth itu adalah Middlesex County Asylum yang terletak
di Hanwell sebelah barat London.
Pemerintah Inggris membuka rumah sakit jiwa setelah mendapat
desakan dari Middlesex County Court Judges. Setelah itu Inggris
mengeluarkan Madhouse Act 1828 M.
Lalu bagaimana peradaban Islam mulai mengembangkan pengobatan
kesehatan jiwa? Menurut Syed Ibrahim, berbeda dengan para dokter Kristen
di abad pertengahan yang mendasarkan sakit jiwa pada penjelasan berbau
takhayul, dokter Muslim justru lebih bersifat rasional.
Para dokter Muslim mengkaji justru melakukan kajian klinis terhadap
pasien-pasien penderita sakit jiwa. Tak heran jika para dokter Muslim
berhasil mencapai kemajuan signifikan dalam bidang ini. Mereka berhasil
menemukan psikiatri dan pengobatannya berupa psikoterapi dan pembinaa
moral bagi penderita sakit jiwa.
"Selain itu, para dokter dan psikolog Muslim juga mampu menemukan
bentuk pengobatan modern bagi penderita sakit jiwa seperti, mandi
pengobatan dengan obat, musik terapi danterapi jabatan," papar Syed
Ibrahim.
Konsep kesehatan mental atau al-tibb al-ruhani pertama kali
diperkenalkan dunia kedokteran Islam oleh seorang dokter dari Persia
bernama Abu Zayd Ahmed ibnu Sahl al-Balkhi (850-934).
Dalam kitabnya berjudul Masalih al-Abdan wa al-Anfus (Makanan untuk Tubuh dan Jiwa),
al-Balkhi berhasil menghubungkan penyakit antara tubuh dan jiwa. Dia
biasa menggunakan istilah al-Tibb al-Ruhani untuk menjelaskan kesehatan
spritual dan kesehatan psikologi.
Sedangkan untuk kesehatan mental dia sering menggunakan istilah Tibb al-Qalb. Dia pun sangat terkenal dengan teori yang dicetuskannya tentang kesehatan jiwa yang berhubungan dengan tubuh.
Menurutnya, gangguan atau penyakit pikiran sangat
berhubungan dengan kesehatan badan. Jika jiwa sakit, maka tubuh pun tak
akan bisa menikmati hidup dan itu bisa menimbulkan penyakit kejiwaan,
jelas al-Balkhi.
Menurut al-Balkhi, badan dan jiwa bisa sehat dan bisa pula sakit. Inilah yang disebut keseimbangan dan ketidakseimbangan.
Dia menulis bahwa ketidakseimbangan dalam tubuh dapat menyebabkan demam, sakit kepala, dan rasa sakit di badan. Sedangkan, ketidakseimbangan dalam jiwa dapat mencipatakan kemarahan, kegelisahan, kesedihan, dan gejala-gejala yang berhubungan dengan kejiwaan lainnya.
Dia menulis bahwa ketidakseimbangan dalam tubuh dapat menyebabkan demam, sakit kepala, dan rasa sakit di badan. Sedangkan, ketidakseimbangan dalam jiwa dapat mencipatakan kemarahan, kegelisahan, kesedihan, dan gejala-gejala yang berhubungan dengan kejiwaan lainnya.
Dia juga mengungkapkan dua macam penyebab depresi:
- Depresi bisa disebabkan alasan yang diketahui, seperti mengalami kegagalan atau kehilangan. Ini bisa disembuhkan secara psikologis.
- Depresi bisa terjadi oleh alasan-alasan yang tak diketahui, kemungkinan disebabkan alasan psikologis. Tipe kedua ini bisa disembuhkan melalui pemeriksaan ilmu kedokteran.
Selain al-Balkhi, peradaban Islam juga memiliki dokter kejiwaan bernama Ali ibnu Sahl Rabban al-Tabari. Melalui kitab Firdous al-Hikmah yang ditulisnya pada abad ke-9 M, dia telah mengembangkan psikoterapi untuk menyembuhkan pasien yang mengalami gangguan jiwa. Al-Tabari menekankan kuatnya hubungan antara psikologi dengan kedokteran.
Menurut dia, untuk mengobati pasien gangguan jiwa membutuhkan
konseling dan psikoterapi. Al-Tabari menjelaskan, pasien kerap kali
mengalami sakit karena imajinasi atau keyakinan yang sesat.
Untuk mengobatinya, kata al-Tabari, dapat dilakukan melalui
"konseling bijak". Terapi ini bisa dilakukan oleh seorang dokter yang
cerdas dan punya humor yang tinggi. Caranya dengan membangkitkan kembali
kepercayaan diri pasiennya.
Melalui kitab yang ditulisnya yakni El-Mansuri dan Al-Hawi, dokter Muslim legendaris al-Razi juga telah berhasil mengungkapkan definisi symptoms (gejala) dan perawatannya untuk menangani sakit mental dan masalah-masalah yang berhubungan dengan kesehatan mental. Al-Razi juga tercatat sebagai dokter atau psikolog pertama yang membuka ruang psikiatri di sebuah rumah sakit di Kota Baghdad.
Melalui kitab yang ditulisnya yakni El-Mansuri dan Al-Hawi, dokter Muslim legendaris al-Razi juga telah berhasil mengungkapkan definisi symptoms (gejala) dan perawatannya untuk menangani sakit mental dan masalah-masalah yang berhubungan dengan kesehatan mental. Al-Razi juga tercatat sebagai dokter atau psikolog pertama yang membuka ruang psikiatri di sebuah rumah sakit di Kota Baghdad.
Pemikir Muslim lainnya di masa keemasan Islam yang turut
menyumbangkan pemikirannya untuk pengobatan penyakit kejiwaan adalah
Al-Farabi. Ilmuwan termasyhur ini secara khusus menulis risalah terkait
psikologi sosial dan berhubungan dengan studi kesadaran.
Selain itu, Ibnu Zuhr, alias Avenzoar juga telah berhasil
mengungkap penyakit syaraf secara akurat. Ibnu Zuhr juga telah memberi
sumbangan yang berarti bagi neuropharmakology modern.
Yang tak kalah penting lagi, Ibnu Rusyd atau Averroes, ilmuwan
Muslim termasyhur - telah mencetuskan adanya penyakit Parkinson’s.
Sejarawan Francis Bacon menyebut Al-Haitham sebagai ilmuwan yang
meletakkan dasar-dasar psychophysics dan psikologi eksperimental.
Berdasarkan hasil penelusuran yang dilakukannya, Bacon merasa yakin
bahwa Al-Haitham adalah sarjana pertama yang berhasil menggabungkan
fisika dengan psikologi, dibandingkan Fechner yang baru menulis Elements
of Psychophysics pada tahun 1860 M. Begitulah, kedokteran dan psikologi
Islam mengembangkan pengobatan penyakit jiwa. (islamagamaku)